Done? :)

This city drinks and roars
Each word so meaningless
Each word, especially yours, echoes inside my head

Why can’t you see
I won’t let you get your way
Let you get the best of me
I just need to know
Are you done with me?

So are you done with me?
And if you are, won’t you just let me be
I try to understand your reasons for leaving
I cannot believe it

This city drinks and screams
This night will never end
This city made of dreams
My dreams have turned to sand

So are you done with me?
Are you honestly?
Did you realize that I can’t be all you need
Are you done with me?
Are you honestly?
If love is gone then I am done again.

This city drinks and roars…

 

~Ina~

End of winter, nearly end of August 2013

Tempat kita hidup

Bulan terang tepat diatas kepala, membuat suhu turun menjadi dingin sekali. Kulihat pengukur suhu di telepon genggamku, 6° sekarang…aku merasa seperti sedang berkemah di ujung gunung, minus api unggun.
Ujung kuku di jari-jari tanganku sudah berubah biru, menjelaskan mengapa segelas kopi yang kukira masih panas mendadak jadi dingin. Tak ada sepuluh menit lalu kuseduh….

Maaf…
Kukunci beberapa tulisan,dan akan menyusul kemudian yang lainnya.
Aku tak bisa memiliki fisikmu, maka engkau dalam tulisanmulah milikku. Aku mau membacanya untukku sendiri, memeluk setiap kata-katanya bagiku sendiri…
Aku telah letih berbagi,dan karenanya,aku tak mau lagi membagi tulisan-tulisanmu untukku.

Disitulah aku melihatmu hidup…disitulah aku melihat aku hidup…dan disitulah aku melihat kita hidup…

inadanama

~ days before Spring, August 2013

tulisan ini belum selesai…

Seringkali aku membaca sajak dan tulisan orang hebat, tetapi tak ada satu yang bisa kuingat. Tulisan mereka dimuat di koran-koran besar, media terkenal, dan tentu oplahnya ratusan ribu eksemplar setiap hari. Tetapi, apakah orang-orang yang membeli koran dan majalah itu benar-benar membaca lalu mengingatnya? Bagaimana jika mereka sama sepertiku? Membaca, tetapi tak ingat. Ragu karena susunan kata nan indah dan bagus tetapi muluk-muluk itu, sulit untuk mereka mengerti, lalu memutuskan untuk membuka halaman selanjutnya saja. Atau bagaimana jika dilewati begitu saja karena dianggap bukan bacaan penting sekelas kecelakaan di jalur tol selama arus mudik? atau sekelas berita pembunuhan seorang gadis cantik di satu kota besar yang terekam cctv dan dijadikan headline selama berhari-hari?

Untuk apa sebenarnya orang membuat sajak dan tulisan-tulisan jika pada akhirnya tak mampu menggerakkan pembacanya? Jika akhirnya sebatas mendapatkan pujian “keren”, “mantap”, “asik”, lalu setelahnya orang kembali apatis, lalu apa gunanya? aku tak mengerti, barangkali aku yang bodoh tetapi hal ini membuat resah. Banyak penulis muda bertebaran, membuat buku, yang bahkan telah dipublikasikan, membuat rangkaian perjalanan untuk mempromosikan buku yang telah dicetaknya, tetapi kosong. Setelah dibedah, acara habis, masing-masing lalu pulang dan masuk  kembali ke kamar. Nol. Jadi sebenarnya tulisan itu dibuat untuk siapa? untuk apa?

aku melihat potensi dalam kemudaan itu, tetapi tak digunakannya potensi itu. aku melihat mereka menulis dengan penglihatan yang terbentur sebuah kotak kaca yang bening, transparan. Mereka menulis apa yang mereka lihat, bukan apa yang mereka rasakan, atau mereka kerjakan. Kacamata siapa yang mereka pakai? sepatu siapa yang mereka pakai? I’m not sure…